Assalamu'alaikum wr.wb. Apa kabar semua? lama tak jumpa. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang saya sudah masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (baca : Perguruan Tinggi). Dunia blog pun saya tinggalkan sejenak. Pada seketika, saya rindu dengan dunia perblog'an ini. hehehe. Yha, bisa dibilang blog ini udah vakum lama. Udah sangat .. sangat, bahkan bisa dibilang tak pernah lagi update postingan. Kali ini saya akan menyempatkan waktu untuk kembali update. Insya Allah, jika ada waktu saya akan sempatkan untuk update post kembali. My Blog - My Home - My Hobby - and Just Share For You All :D. Ok, Kali ini saya hanya berbagi cerpen yang pernah saya buat sewaktu SMA. Maaf ya kalau jelek. Selamat membaca dan semoga bermanfaat ;)
SESUATU TIDAK SELALU TERWUJUD
SEPERTI YANG DIINGINKAN
"Teng-teng-teng". Bel pulang sekolah
pun berbunyi. Saat itu Tama masih Sekolah Dasar di wilayah tempat tinggalnya.
Tama orang yang rajin, pandai, mudah bergaul, tapi pemalu. Ia selalu tekun
dalam segala sesuatu. Disaat ia menginjakkan kaki keluar kelas, Tama pun
tersandung lalu terjatuh. Ia menangis, berlari menuju rumah karna rasa malunya
terhadap teman-temannya. Sesampai di rumah, Ibunya bertanya “Ada apa Tam? Kok
menangis?”. Tama pun menjawab dalam keadaan desahan tangisnya “tadi sewaktu
saya keluar kelas tersandung Bu”. “Oh, jadi begitu. Tidak apa-apa! Kamu kan
anak lelaki masa segitu aja nangis. Sini Ibu lihat ada yang terluka tidak”.
Ibunya pun melihat kondisi Tama, ternyata lututnya terluka sedikit. Ibunya pun
mengoleskan obat luka dan Tama pun teriak menahan perih yang ia rasakan. “Perih
ya Tam?” ibunya bertanya sambil tersenyum. “Ia bu, ssssstt. Aduh” sahut Tama
sambil menahan perihnya. “Lebih perih sakit hati tam, dari pada tersandung
seperti ini”. Lanjut ibunya. “Emang, sakit hati itu gimana rasanya Bu.? Kalau
berdarah kan harus dioperasi” jawab Tama kebingungan. “Suatu saat nanti, kamu
pasti tau gimana rasanya”. Tama pun masih belum mengerti apa yang dibicarakan
ibunya.
Hari berganti hari, tak terasa
Tama pun sudah meranjak ke Sekolah Menengah Pertama. Saat itu Ia dikejutkan
dengan yang namanya MOS(Masa Orientasi Siswa). Ia mengikuti MOS selama tiga
hari. Ternyata, MOS itu ada kalanya senang dan ada kalanya sedih. Tama pun
mulai berfikir kedepan tapi pemikirannya belum matang, bisa dibilang masih
labil. Disaat ia pertama kali masuk ke kelas 7(satu SMP), sebagian teman-teman
ia tidak kenal, tapi ada sebagian yang ia kenal karena alumni dari SD nya dulu.
Lambat laun ia pun mulai mengenal hamper seluruh teman-teman yang ada di SMP
itu. Disaat itu, ada seorang wanita yang kagum dan suka kepada Tama. Ia bernama
Rita. Tetapi Tama belum mengerti apa itu Cinta. Disaat jam istirahat, salah
satu teman sekelasnya berkata “Hei Tama, si Rita suka sama kamu tuh”. Tama pun
malu dan pergi keluar kelas. 1 minggu kemudian, Rita mendekati Tama. Tama tidak
merespon karena dia tidak begitu mengerti apa itu Cinta. Tetapi pada saat itu
Rita berkata “Tam, boleh minta nomor hpmu?”. “Oh, boleh-boleh.” Sahut Tama
sambil malu-malu. Dimalam hari, Rita mengsms Tama. Kemudian keduanya saling
smsan. Keesokan harinya Tama merasa ada yang aneh di dalam hatinya, yaitu
perasaan tertarik kepada seseorang. Dia bertanya-tanya sendiri “apa perasaan
ini yang namanya CINTA”. Dia masih belum mengerti, tapi tanpa dia sadari Rita
jatuh cinta padanya. Tapi, Tama belum mau pacaran. Karena ia tidak tau pacaran
itu seperti apa. Ia hanya berteman dengan Rita. Tak terasa sekarang tama sudah
kelas 9(tiga SMP). Perasaan jatuh cinta mulai tumbuh di hatinya kepada Rita.
Tetapi pada saat itu Rita yang mengaguminya telah memiliki pacar. Akan tetapi,
Rita masih mengagumi Tama. Karena Tama orang yang baik dimatanya. Waktu terus
bergulir sampai akhirnya Mereka menginjak bangku SMA. Mereka masih memendam
rasa dihati mereka masing-masing. Tetapi, Tama sampai saat ini belum memiliki
pacar. Sedangkan Rita telah 3x pacaran dari SMP sampai SMA. Tama tidak tau
bagaimana cara mengungkapkan perasaannya didepan Rita. Terkadang Tama cemburu
melihat Rita diantar pulang oleh pacarnya.
Kini Tama telah remaja yang
pemikirannya tidak seperti SMP atau SD dulu. Dia dipilih untuk menjadi atlit
lari jarak jauh. Tama pun tidak menolak, karena bagaimanapun pengalaman lah
yang ia cari. Pada saat itu, Tama berlatih dengan tekun dan sungguh-sungguh.
Setiap hari libur, ia jogging di pagi hari sekitar 2-3km. Tak lama kemudian,
ada olimpiade atlet yang diadakan disana. Tama pun ingin mengikut serta ke
dalam olimpiade itu. Tetapi, sehari sebelum olimpiade Tama meminta Rita untuk
pergi menontonnya di pertandingan. Rita pun tidak menolak. Saat itu, Tama
berlatih sungguh-sungguh untuk mendapatkan juara. Keesokan harinya, Lomba pun
tiba. Tama duduk di kursi pemain untuk menunggu gilirannya. Akhirnya tidak
menunggu lama, Tama mulai streaching agar seluruh tubuhnya fit. Dan akhirnya
pertandingan dimulai. Tama berusaha lari secepat mungkin. Terus, terus, terus
berlari. Hampir finish tetapi dia telah mencapai posisi ke dua. Akhirnya ia
mendapatkan posisi pertama. Baru kali inilah dia mengikuti lomba dan baru kali
ini juga ia dapat juara. Tama pun bangga dengan apa yang telah ia persiapkan
sebelum mengikuti lomba itu. Rita pun menghampirinya dan memberikan selamat
kepadanya. Tama pun bangga dan senang.
Keesokan hari di sekolah, Tama pun
mendapat penghargaan juga. Karena Kepala Sekolahnya bangga melihat siswanya
mendapatkan juara olimpiade ini. Waktu terus berjalan, sampai akhirnya Tama tak
pernah kalah dari olimpiade atlet. Kini Tama telah dewasa, banyak jalan
kehidupan yang telah ia jalani. Mulai dari suka maupun duka. Pada suatu hari,
Ada olimpiade besar-besaran bisa dibilang olimpiade atlet berkelas dan
bergengsi di provinsinya. Semua orang telah tau bagaimana keberhasilan Tama
selama ini. Jadi, Tama diunggulkan dan diharapkan untuk mendapatkan emas yakni
juara pertama. Orang-orang sangat mendukungnya. Tama pun bersemangat dan selalu
berlatih dengan tekun. Disisi lain, ia telah merasakan jatuh Cinta kepada Rita.
Tapi, dia tidak tahu harus berbuat apa. Karena dia belum berpengalaman soal
cinta. Waktu terus berjalan mendekati perlombaan berkelas itu. Meskipun ada
sesuatu yang menjanggal di hatinya tentang cinta, Tama tetap berjuang untuk
menjadi yang terbaik. Karena semua orang telah percaya kepadanya. Dia tidak
ingin mengecewakan semua orang. Keluarganya pun selalu memberi dukungan,
semangat dan motivasi agar ia tetap semangat. Terutama Ayahnya yakni Pak Iko.
Ayahnya selalu menemaninya disaat latihan.
Tak terasa, waktu pun telah tiba
untuk berperang. Di hari itu, Tama dan Ayahnya berangkat ketempat lomba yang
berkelas itu. Karena tempat nya jauh, hanya Ayahnya yang pergi menemaninya.
Keluarga dan teman-temannya hanya melihatnya di televise. Tama sempat gugup
melihat banyak sekali penonton disekelilingnya. Tapi Ayahnya bilang “Jangan
menyerah nak, buatlah yang terbaik”. Tama pun tersenyum dan pergi ke lapangan.
Segala persiapan, latihan yang berat dan panjang telah dilalui untuk momen ini.
Priiit, peluit pun berbunyi. Tama terus berlari dengan sekuat tenaganya. Saat
ini ia telah menduduki posisi 5 dari 8 orang. Tiba-tiba sesuatu terjadi di 175
meter dari garis finish. Kaki kanan Tama cedera, sempat menghentikan langkah
panjangnya. Tama pun terjongkok menangis dan menyesal melihat semua para peserta
lomba telah mencapai garis finish. Dia terus menangis dan terjongkok kurang
lebih 1 menit. Perasaannya saat itu tidak bisa diungkapkan. Dia telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mengikuti lomba ini dan dia juga sering mendapatkan
juara diperlombaan sebelumnya. Tau-tau, saat perlombaan ini Tuhan berkehendak
lain. Tetapi cederanya itu tidak dapat membendung tekadnya. Dia langsung
terbangun dan berlari seadanya dengan kaki yang tengkak. Tiba-tiba seorang
lelaki yang cukup tua berlari menerobos memasuki lapangan atau lintasan
tersebut. Siapa dia?. Dia adalah Ayahnya Tama yakni Pak Iko. “Kamu tidak perlu
begini nak…. Tidak ada yang harus dibuktikan” kata Ayahnya sambil berlari
dengannya. Lalu Tama pun menjawab “Tidak ayah, biarkan aku menuntaskannya!”
sahut Tama sambil memeluk ayahnya dan menangis. “Baik, kita akan
menyelesaikannya bersama-sama” lanjut Ayahnya. Lalu mereka berdua pun berjalan
sampai kegaris finish. Tanpa mereka sadari semua penonton yang ada begitu
banyaknya di stadion bertepuk tangan dan terharu. Tama memang tidak mendapatkan
juara, tetapi dia telah mendapatkan hati puluhan ribu penonton di stadion dan
puluhan juta penonton di televisi. Semua orang terharu dibuatnya. Sampai-sampai
Tama diwawancara dan ia pun berkata “Jika anda tidak menyerah, maka anda tidak
akan gagal” (Inspirate by Derek Redmond).
3 hari berlalu, Tama pun duduk
sendirian di taman sambil menikmati pemandangan seadanya. Rita pun datang dan
menghampirinya, karena Rita dari 3 hari yang lalu tidak bertemunya. Mereka
duduk berdua dikursi kayu. “Tam, apa kamu baik-baik saja?” Tanya Rita. “Aku
baik-baik saja. Tak ada yang harus disesali. Terkadang sesuatu tidak selalu
terwujud seperti yang diinginkan. Aku belajar dari pengalaman dan kesalahanku
untuk menjadi orang yang lebih baik lagi” Jawabnya sambil menatap mata Rita.
Rita pun tersanjung dan terdiam sambil tersenyum. Perasaan Rita terhadap Tama
pun bergejolak timbul dan Tama juga seperti itu. Tapi, mereka berdua memutuskan
tidak pacaran. Mereka hanya bersahabat. Saling membantu satu sama lain. Saling
mengerti satu sama lain. Hingga kejenjang kuliah mereka pun berpisah. Tama
kuliah pada Jurusan Teknologi Informasi sedangkan Rita kuliah pada jurusan
Kedokteran gigi. Mereka tetap kontak-kontakkan lewat hp. Tapi sekarang sudah
berbeda, mereka telah dewasa dan menjalani hidup mereka masing-masing.